بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Paku Dan Amarah

Suatu ketika, hiduplah seorang anak laki-laki yang pemarah dan keras kepala. Untuk mengurangi kebiasaan marah sang anak, ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan kepada anaknya untuk memakukan sebuah paku di pohon belakang rumah setiap kali dia marah.

Hari pertama anak itu telah memakukan 35 buah paku ke pohon setiap kali dia marah, lalu secara bertahap jumlah itu berkurang. Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya daripada memakukan paku ke pohon.

Akhirnya tibalah hari dimana anak tersebut merasa sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya. Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, yang kemudian mengusulkan agar dia mencabut satu paku setiap hari dimana dia tidak marah.


Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah tercabut olehnya. Lalu sang ayah menuntun anaknya ke pohon. “Hmmm..., kmu telah berhasil dengan baik anakku, akan tetapi lihatlah lubang-lubang di pohon ini. Pohon ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya. Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan. Kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini. . .di hati orang lain.”

Kamu dapat menusukkan pisau pada seseorang, lalu mencabut pisau itu, tetapi tidak peduli berapa kali kamu minta maaf, luka itu akan tetap ada, dan luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik....”  

No comments:

Post a Comment